Sunday, May 26, 2013

Krisis Keimanan


Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 24 Mei 2013
Khatib: Drs. H. Saefuddaulah Mehir, MM.


“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS 4: 136)

Dua hal yang belakangan ini mau tak mau harus kita perhatikan di negeri kita ialah kasus korupsi dan kasus paranormal.

Tiga puluh enam tahun yang lalu, Mochtar Lubis pernah mendeskripsikan bangsa kita dalam pidato kebudayaannya yang berjudul Manusia Indonesia. Beliau mencatat setidaknya ada enam sifat watak dan karakter bangsa Indonesia, yang kemudian beliau menyebut kalau sifat-sifat ini masih ada, sulit bagi kita untuk bisa maju.

Dia menyebut yang pertama adalah karakter hipokrit, yakni munafik. Kemudian, bangsa kita, katanya, punya watak tidak bertanggung jawab. Berani berbuat; lari dari akibat. Kemudian, bangsa kita dicirikan juga dengan feodal. Hidupnya, kalau dalam bahasa Sunda, seperti menak. Stratifikasi sosial yang dipertahankan ada panyawah, ada juragan. Yang kaya tunjuk-tunjuk tangan saja.

Kecerdasan Sosial


Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 17 Mei 2013
Khatib: Drs. H. Mustafid Amna, MA


“Demi masa. sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati dalam menetapi kebenaran.” (QS 103: 1-3)

Allah SWT menjadikan Rasulullah Muhammad Saw sebagai Nabi al-ummiy, Nabi yang tidak bisa baca tulis. Allah tentu punya maksud untuk hal ini, di mana segala titah-Nya tidak ada yang sia-sia. Ma khalaqta haza batila.

Sangat boleh jadi salah satu di antara maksud Allah SWT menjadikan Rasul Nabi ummiy itu adalah agar tidak ada anggapan di kemudian hari bahwa Al-Quran yang dibawa oleh Nabi adalah karangan Muhammad.

Namun, sekalipun Rasul itu nabi ummiy, tidak bisa baca tulis, tapi beliau itu fathanah, cerdas, tahu, mengerti, memahami. Dalam artian dia bisa membaca pikiran orang. Apa yang dirasakan orang, Rasululah Saw bisa memahami. Beliau bukan cerdas individual semata, tapi juga cerdas sosial. Itulah namanya fathanah.

Korupsi dan Keimanan


Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 10 Mei 2013
Khatib: Dr. Eng. Tengku Abdullah Sanny, M.Eng


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS 29: 69)

Ayat ini mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjadi orang-orang yang berjihad siang dan malam tiada henti untuk mendapatkan keridaan Allah SWT. Dan dengan berjihad ini, insya Allah, Allah benar-benar akan menunjukkan jalan-jalan-Nya. Begitu banyaknya makna yang Allah kemukakan dalam ayat ini. Akan tetapi, manusia-manusia kini kelihatannya sudah tersesat dari jalan yang lurus, khususnya pada negara kita, para petinggi-petinggi kita yang menjabat di negeri ini, baik sebagai pejabat pusat maupun di tingkat daerah. Berita-berita di berbagai media memperlihatkan berbagai macam kemungkaran kepada Allah SWT sehingga kadang-kadang membuat kita jadi meringis dan malu di hadapan saudara-saudara kita di negeri lain.

Hari-hari ini hati sebagai bangsa Indonesia hati kita gundah gulana. Kita melihat Indonesia yang terpuruk, hancur, bermental korup, kehilangan inovasi dan kreativitas. Indonesia yang orang-orangnya tidak segan-segan melakukan kemungkaran terhadap bangsa dan negara. Mereka adalah orang-orang yang terpenjara dalam kebodohan. Mereka berfatamorgana dalam khayal yang tidak punya ruh. Oleh karena itu, tampaknya kita harus mengganti peradaban bangsa kita. Sebab hari-hari ini kita pun melihat, mereka yang nota bene dari partai Islam pun terjerat dalam korupsi.

Sembilan dari Sepuluh Pintu Rezeki Ada dalam Perdagangan


Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 3 Mei 2013
Khatib: Dr. Ir. H. Yan Organius


“Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).” (QS 24: 37)

Dalam salah satu hadis Rasulullah Saw bersabda bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan. Namun, Rasulullah Saw pun mengingatkan dalam hadis yang lain bahwa perdagangan atau bisnis atau jual beli kerap menyerempet kepada kemaksiatan. Bahwa para pedagang tidak lain tidak bukan ialah orang-orang yang bermaksiat.

Para pedagang adalah tukang maksiat, begitu diungkap Rasulullah Saw dalam salah satu hadis yang diriwayatkan Ahmad. Lantas, para sahabat pun bertanya atas penyataan Rasulullah Saw itu, “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual-beli?”

Kunci Hidup Sukses


Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 26 April 2013
Khatib: Dr. Wahyu Sri Gutomo, M.Si


Sepanjang hidup kita, kita sebetulnya berjuang memecahkan masalah-masalah yang esensial. Salah satu di antaranya ialah mengatasi masalah keterbelahan jiwa kita antara keinginan menjadi muslim yang paripurna dengan desakan-desakan duniawi yang melenakan, berbentuk kenikmatan yang sesaat, yang impulsif, maupun hal-hal yang seolah-olah menyenangkan tetapi berakhir destruktif.

Al-Quran mengisyaratkan kepada kita untuk senantiasa berhimpun bergerak menuju keridaan Allah, namun juga sekaligus mengisyaratkan agar kita berhati-hati karena ada faktor lain yang juga bisa mempengaruhi atau mendeviasi tujuan kita menghendaki rida Allah tersebut. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS 2: 208).

Setelah Allah memerintahkan kita untuk berislam secara kafah semampu kita, Allah juga memberi isyarat bahwa hati-hatilah kita terhadap segala upaya setan dalam segala bentuknya dalam segala jenis operatifnya yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan kita. Apakah solusi dari kondisi ini; antara keinginan kita untuk berhimpun menuju keridaan Allah  dengan gaya eksternal yang mendeviasi tujuan kita tersebut?

Puncak Sains adalah Dzikrullah

Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 19 April 2013
Khatib: Dr. Ir. H. Suyatman, M.Sc.


Sebuah doa yang populer dikenal ialah doa ‘sapu jagat’. Robbana aatina fid dunyaa hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar. Doa tersebut diambil dari Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 201.

Terjemahan dari doa ‘sapu jagat’ itu adalah: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.’” Kita semua hapal doa pendek itu dan sering mengucapkannya. Ayat pendek ini memiliki makna yang luas untuk kita.

Saat ini, sedang ramai dibicarakan tentang kurikulum nasional tahun 2013, yang menurut rencana beberapa bulan lagi akan disahkan. Kritikan bertubi-tubi dari berbagai pihak. Salah satunya adalah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan ukhrawi, misalnya matematika secara lebih jauh harus mengantarkan anak didik kepada soal-soal religiositas dan keagamaan. Hal tersebut dikritik. Padahal, bukankah kita sebagai umat Muslim dituntut untuk senantiasa merasakan dan mengakui kebesaran Allah SWT.

Reason to Believe

Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 12 April 2013
Khatib: Akmasj Rahman, M.Sc.


Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (QS 39: 11-12).

Salah satu fungsi atau tugas utama kepemimpinan adalah menjaga dan memupuk moral dan semangat atau spirit masyarakat yang dipimpimnya agar setidak-tidaknya tercapai dua hal. Yang pertama adalah masyarakat yang dipimpinnya percaya bahwa hal-hal ideal sebagai tujuan bersama yang disepakati adalah sesuatu yang memang wajib diupayakan sekaligus realistis dan bisa terjangkau. Dan yang kedua adalah agar masyarakat yang dipimpinnya yakin dan percaya bahwa tujuan tersebut dapat dicapai, paling tidak didekati di bawah kepemimpinannya.

Tentang Ihsan

Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 5 April 2013
Khatib: Prof. Dr. KH. Miftah Farid


Ada satu dialog antara Nabi dan malaikat Jibril ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat sedang berada di satu tempat. Saat itu, tiba-tiba datang seorang pria berpakaian serba putih. Tampak wajahnya bersih. Dia kemudian duduk dekat dengan Nabi. Terkesan dia begitu akrab dengan Nabi. Kemudian, terjadi dialog dan terkesan dia banyak tahu tentang agama. Setelah itu, dia pergi.

Umar bin Khatab, salah seorang sahabat yang ada pada waktu itu, bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, siapa tamu tadi? Dia berpakaian serba putih. Tampak wajahnya bersih. Begitu akrab dengan Anda. Dan terkesan banyak tahu tentang agama.” Nabi menjawab, “Itu Jibril; mengajarkan sesuatu kepada kalian.”

Dialog Nabi dengan Jibril itu adalah, pertama, tentang iman. Itu yang kemudian menghasilkan konsep rukun iman yang enam. Kemudian, yang kedua, tentang Islam, yang menghasilkan rukun Islam yang lima. Dan, ada dialog setelah iman dan Islam, yaitu dialog tentang ihsan. Ihsan merupakan puncak dari iman dan Islam.

Membina Diri

Ceramah Salat Jumat Masjid Salman ITB, 29 Maret 2013
Khatib: Dr. Rahman Maas


Dan siapakah yang beragama islam dengan baik kecuali mereka yang pasrah kepada Allah dan ihsan berbuat baik kepada sesama.

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS 4:125).

Hidup beragama di zaman sekarang ini tidaklah mudah. Dewasa ini, perhatian, ucapan, dan tingkah laku kita kerap tersedot oleh masalah-masalah duniawiah. Sehingga, kita sering kehilangan momentum, kesempatan, dan peluang untuk lebih memperbaiki kehidupan beragama kita. Tenggelam, larut, dan terseret dalam keseharian yang habis semata untuk minat-minat duniawi.  Dan demikianlah, tidak jarang demi meraih perkembangan duniawiah itu kita harus mengorbankan nilai rohani kita.

Pengkajian Al-Quran untuk Pengembangan Sains dan Teknologi

Ceramah Salat Jumat Masjid Salman ITB, 22 Maret 2013
Khatib: Prof. Dr. Umar Fauzi


“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatannya dalam menjalankan agama dengan lurus dan sungguh-sungguh, supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat.” (QS 98:5).

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS 51:56).

Meskipun sudah jelas dan gamblang perintah yang seharusnya kita laksanakan, tapi kuatnya dorongan materialisme telah mendorong sebagian dari kita untuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan materi sebagai simbol jati diri. Gelombang urbanisasi dengan derasnya arus informasi yang membawa beragam ragam budaya terkadang menghanyutkan sebagian dari kita, sehingga terbawa arus budaya yang kadang kurang islami dan semakin menjauhkan kita dari amalam ibadah dan melupakan tugas kita untuk beribadah kepada Allah SWT.