Khutbah Jumat Masjid Salman ITB, 31 Mei 2013
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS 33: 21)
Rasulullah Muhammad Saw menjadi teladan bagi kaum Muslimin. Kehidupan beliau menjadi pelajaran, menjadi sumber inspirasi, menjadi contoh bagi setiap kaum Muslimin. Kehidupan beliau sebagai individu, sebagai kepala keluarga, sebagai pemimpin, sebagai panglima perang, sebagai suami, sebagai ayah, dan seluruh aspek kehidupannya adalah inspirasi yang sangat berharga dan selalu aktual sepanjang masa.
Terdapat sebuah kisah yang dapat kita renungkan maknanya dalam Perang Badar. Perang ini merupakan peperangan pertama kaum Muslim dengan kaum kafir Quraisy yang terjadi pada tahun 2 H. Perang ini bertepatan dengan tahun 624 M dan terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Lokasi kejadian perang adalah di sebuah tempat yang bernama Badar, sebuah mata air yang terletak di tengah padang pasir, 125 km sebelah selatan Madinah. Pasukan kafir waktu itu dipimpin oleh Abu Jahal dan Abu Sofyan dengan pasukan sebanyak 1.300 orang. Sedangkan saat itu pasukan Islam hanya berjumlah 300 orang.
Pada saat berangkat menuju medan perang, Rasulullah bangga dengan pasukannya yang hanya sedikit bila dibandingkan dengan pasukan kafir itu. Namun demikian, Rasul juga merasa bimbang karena tidak sedikit di antara pasukannya yang berasal dari kaum Muhajirin yang kehidupannya serba kekurangan akibat berpindah dari Mekah ke Madinah. Oleh karena itu, dalam perjalanan Rasulullah berdoa: Ya Allah, di antara pasukan ini berjalan tanpa alas kaki, maka ringankanlah jalannya. Mereka kekurangan makan, maka turunkanlah rasa kenyang untuk kekuatan mereka. Demikianlah doa Rasulullah untuk memberikan penguatan kepada pasukannya.
Ketika Rasulullah hampir tiba di lokasi Badar, Rasulullah berhenti. Kemudian, ada salah seorang sahabat yang mengenal lokasi lapangan saat itu. Dia bertanya kepada Rasulullah apakah mereka berhenti di sana ialah karena wahyu Allah atau karena pendapat Muhammad pribadi sebagai sebuah strategi. Rasulullah menjawab bahwa itu ialah strategi pribadinya. Oleh karena itu sang sahabat memerinya usul agar mereka berhenti di mata air dan menguasai mata air tersebut sehingga nanti pasukan kafir tidak bisa memanfaatkannya. Usul itu diterima Rasulullah.
Perang Badar berlangsung dalam keadaan tidak seimbang. Pasukan Islam jauh lebih sedikit jumlahnya di bandingkan lawan. Oleh karena itu, Rasulullah mengangkat tangan berdoa agar Allah memberi bantuan-Nya. Maka, Allah pun menurunkan bantuan-Nya. Dalam Al-Quran disebutkan, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut.” (QS 8: 9)
Malaikat merasuk dalam jiwa dan sanubari pasukan Muslimin sehingga mereka tampak berwibawa, kuat, dan bersemangat. “(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala-kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (QS 8: 12)
Al-Quran oun mengabadikan kejadian di Perang Badar sebagai berikut: “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Pendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 8: 17)
Setelah pasukan Muslim meraih kemenangan, timbul permasalahan yang harus dipecahkan. Yakni tentang bagaimana cara menagani tawanan perang sebanyak 70 orang. Rasulullah pun meminta penadapat para sahabat. Abu Bakar Siddiq mengusulkan: tawanan dibebaskan dengan tebusan. Sementara Umar bin Khatab menyarankan: semua tawanan perang dibunuh. Begitu pun pendapat beberapa sahabat yang lain senada dengan Umar.
Di sini Rasulullah pun dengan bijak mengelola perbedaan pendapat. Nabi Muhammad mengapresiasi Abu Bakar dengan pendapatnya. Rasulullah mengandaikan Abu Bakar sebagai Nabi Isa As. Sementara kepada Umar bin Khatab, Rasulullah mengapresiasinya dan mengandaikannya sebagai Nabi Nuh. Akhirnya, keputusan diambil: tawanan akan dibebaskan dengan tebusan, sebagaimana usul Abu Bakar. Hal ini ternyata menjadi solusi bagi kesejahteraan untuk para pahlawan perang di Badar. Selain itu, untuk para tawanan perang yang tidak memiliki uang tebusan, mereka diwajibkan mengajarkan kaum Muslimin baca tulis.
Begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Perang Badar. Pertama, kekuatan iman, keyakinan dan kedekatan dengan Allah serta kesungguhan menjadi kekuatan yang luar biasa. Sehingga, rasio pasukan yang tidak seimbang bukan menjadi soal. Kedua, kewibaan pemimpin. Rasulullah sangat cerdas dalam mengelola pasukannya, sehingga dalam segala keterbatasan bisa memeangkan pertempuran. Ketiga, kebebasan berpendapat. Rasulullah selalu mendengar pendapat sahabatnya. Waktu menentukan tempat berhenti di Badar sebelum perang, beliau mendengarkan pendapat sahabatnya sehingga bisa menguasai mata air. Lalu pada saat mengelola tahanan perang, beliau pun membuat musyawarah dengan para sahabatnya.
Keempat, Rasulullah memperhatikan kesejahteraan pasukannya. Saat pergi Rasulullah sudah berdoa agar Allah melimpahkan kesejahteraan kepada pasukan Muslim. Lalu setelah memenangkan perang, pasukan Muslim memiliki tawanan perang yang mendatangkan tebusan. Semuanya oleh Rasulullah diarahkan untuk kesejahteraan pasukannya. Kelima, semangat pendidikan. Rasulullah mewajibkan tawanan perang yang dapat baca tulis mengajarkannya kepada kaum Muslimin yang kebetulan belum bisa. Demikianlah semangat pendidikan merupakan semangat yang menggelora dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dan yang terakhir adalah soal akhlak. Rasulullah dalam perang tetap menjunjung tinggi akhlak.
No comments:
Post a Comment